Berbicara hobi, banyak orang-orang yang tidak
mengerti dan heran dengan hobi saya yang satu ini. “Ko’ naik gunung?, naik
gunung kan cape”, ”Naik gunung kan harus hujan-hujanan, panas-panasan”, “Naik
gunung itu bahaya”, “Di gunung kan gak ada listrik”. Ungkapan-ungkapan seperti
itu sering saya dengar baik dari kawan-kawan dekat atau orang-orang yang
ngobrol dengan saya.
Naik gunung cape; memang, tapi bukan hanya
cape, dibalik lelah perjalanan mendaki gunung, ada pelajaran yang saya dapat, belajar
tidak mudah menyerah, bahwa untuk mencapai sesuatu yang diharapkan perlu perjuangan yang sungguh-sungguh.
Naik gunung itu harus hujan-hujanan dan
panas-panasan; untuk melihat pelangi harus ada hujan dan sinar matahari,
kan? Dan saya hanya mencoba untuk merasakan “pelangi itu dari dekat”.
Naik gunung bahaya; sangat bahaya, dan
itu mengajarkan saya agar selalu waspada, konsentrasi dan fokus bahwa bahaya
ada sangat dekat di sekitar kita, pun dalam kehidupan sehari-hari.
Di gunung gak ada listrik; iya, apalagi wifi
untuk koneksi ke dunia daring, tapi biar bagaimanapun, saya menemukan koneksi
yang lebih baik, koneksi dengan alam. Belaian angin di sore di Plawangan Sembalun atau embun pagi di Alun-alun Surya Kencana atau dinginnya kabut di Ranu Kumbolo, membuat saya merasa lebih hidup.
Danau Segara Anak, dilihat dari Plawangan Sembalun, Gn. Rinjani
Alun-alun Surya Kencana, Gn. Gede
Ranu Kumbolo, Gn. Semeru
Lebih dari itu, mendaki gunung itu telah
mengajarkan saya untuk menjadi rendah diri, untuk tidak sombong, untuk saling
berbagi, untuk berjuang, untuk mengerti bahwa di dunia ini kita manusia hadir
untuk menjaga bumi tetap baik, untuk mengajarkan bahwa perbedaan bukanlah hal
yang harus dipermasalahkan, untuk tahu bahwa kita hanya titik kecil di dunia
yang amat luas ini.
“Mendaki gunung itu berjuang.”
“Mendaki gunung itu persahabatan.”
“Mendaki gunung itu intorspeksi diri.”
“Mendaki gunung itu mengalahkan ego diri.”
“Mendaki gunung itu berbagi.”
“Mendaki gunung itu bersyukur kepada Sang
Pencipta.”
Karena mendaki gunung adalah mendaki gunung.
Dari itu saya belajar tentang hidup yang sebenarnya, bahwa hidup adalah “mendaki
gunung”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar