Kamis, 25 September 2014

Pulau Tunda

Sabtu, 6 September 2014

Pagi-pagi sekali, saya sudah berangkat ke terminal kampung rambutan, sudah ada janji dengan beberapa kawan saya untuk berangkat bersama ke kota Serang. Ketika saya tiba di terminal bis Kampung Rambutan, sudah menunggu 6 orang, yaitu Bang Yansen, Alan yang sudah saya kenal sebelumnya, dan Mba Windhy (TS), Heru, Sri yang baru saya kenal, juga Thoriq, anak bungsu Bang Yansen. Setelah berkumpul dengan Mas Doni dan kedua temannya, yaitu Mba Muti dan Mas Korea? (Saya gak tahu nama aslinya). Kami berangkat ke terminal Pakupatan kota Serang untuk bertemu dengan rombongan perjalanan ke pulau Tunda di meeting point yang telah dijanjikan dengan kawan-kawan yang lain.

Sekitar pukul 10.00 kurang beberapa juta detik, kami tiba di terminal bis kota Serang tapi tidak terlihat rombongan kami yang akan berangkat ke pulau Tunda karena memang meeting point-nya bukan di terminalnya, tetapi di Indomaret depan terminal. Akhirnya berjalanlah kami menuju pintu gerbang terminal. Dan di Indomaret seberang terminal sudah menunggu banyak orang yang akan menjadi teman perjalanan kami nanti. Beberapa sudah saya kenal sebelumnya berkat perjalanan ke gunung Rinjani. Nunu, Fajar, Mba Mida, Mba Bevy, dan sang TS yaitu Mas Angga alias Mas Moa alias Dewa Siwa. Ada juga Bang Abas yang saya kenal ketika mendaki Gunung Lawu. Tidak lama setelah saya tiba di meeting point, datanglah Mas Joshua, salah satu teman mendaki ke Rinjani juga, jadi seperti reuni kecil-kecilan karena tidak semuanya ikut dalam perjalanan kali ini.

Meeting point

Sudah banyak orang yang berkumpul di Indomaret ini, tapi belum semua anggota perjalanan lengkap, ada sekitar dua atau tiga orang lagi yang belum datang. Sambil menunggu lengkapnya anggota perjalanan, saya membeli bekal nasi bungkus untuk makan siang nanti.

Menuju pelabuhan Karangantu yang merupakan titik awal perjalanan ke pulau Tunda dari terminal Pakupatan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Bisa berjalan kaki, jogging, lari sprint, dll. dsb. Tapi kami memilih untuk sewa angkot sampai ke pelabuhan Karangantu di ujung utara Serang. Sekitar satu jam perjalanan yang terasa seperti 60 menit kami tiba di Pelabuhan Karangantu Kabupaten Serang.

Pelabuhan Karangantu
Disini sudah menunggu guide kami, yaitu mas Alay beserta 2 kapal yang akan mengangkut kami menuju pulau Tunda. Singkat cerita kapal mulai berlayar meninggalkan pelabuhan menuju lautan lepas. Perjalanan dari pelabuhan Karangantu ke dermaga Pulau Tunda meminum waktu sekitar 2 jam. Pukul 14.00, 2 kapal kami sudah berlabuh di dermaga pulau Tunda, disini kami turun sejenak untuk sekadar makan siang, minum teh, dan mengambil alat untuk snorkeling.

 Jadi Pelaut



Kambingpun ingin ikut snorkeling

Pukul 15.00, kami kembali naik ke kapal untuk menuju homestay dan camp area di sebelah barat pulau Tunda. Ketika kapal meninggalkan dermaga pulau Tunda cuaca mulai tidak bersahabat, angin cukup kencang membuat gelombang menjadi tinggi, kapal yang kami tumpangi agak kesulitan untuk melawan arah arus gelombang yang memang menuju ke timur. Gelombang tinggi membuat kapal naik turun mengendarai air laut, kapal yang terombang-ambing justru malah membuat saya senang dan tertawa sendiri, bebrbeda dengan yang lain yang (sepertinya) agak was-was takut-takut kapal terbalik.

Dan ketika sudah terlihat homestay yang akan ditempati, kapal tidak bisa merapat ke tepi entah karena apa, dan untuk berenang ke tepi pun sepertinya tidak mungkin karena gelombang yang sedang tinggi. Akhirnya diputuskanlah kembali ke dermaga pulau Tunda. Dari dermaga kita akan trekking ke homestay dengan cara menyisir pantai. Trekking diawali dengan melewati perkampungan pulau Tunda sampai ke mercusuar. Di mercusuar kami istirahat sejenak untuk memotret suasana senja dari pinggir pantai. Selesai itu perjalanan menyisir pantai dimulai, gelombang yang masih tinggi membuat air jadi pasang sampai ke tepi sehingga menyebabkan kaki agak sulit melangkah. Gelap sudah tiba ketika kami masih berjalan menyusuri pantai dengan bawaan khas anak gunung. Sekitar satu jam menyusuri pantai, akhirnya tibalah kami di homestay yang di halaman depannya digunakan untuk kawan-kawan yang mendirikan tenda.
Trekking dimulai (foto: joshuasahelangi.blogspot.com)




Langit malam di pantai tidak sebagus di gunung, tapi jika tetap bersama kawan-kawan itu semua bukan masalah. Malam hari di halaman homestay kami habiskan untuk ngobrol2, masak, main kartu, dan mencoba menyalakan lampion, tetapi gagal karena tidak berhasil disebabkan oleh angin yang cukup kencang. Disini juga saya kenal dengan beberapa kwan baru, Ci Cynthia, Aul Aul Aul, Yuli Uno, Ridwan dan Hos (kawan Nunu dan Fajar), Mba Tia, dan beberapa orang lain yang saya lupa atau tidak ingat namanya.



Minggu, 7 September 2014



Pukul 04.00 yang masih gelap kami terbangun untuk coba lagi menyalakan lampion, angin pagi tidak sekencang malam tadi, percobaan pertama lampion berhasil terbang walaupun agak susah payah untuk menyalakannya. Sisanya, 4 buah lampion gagal terbang. Dan akhirnya kamipun tidur lagi sambil menunggu pagi.



 





Pagi hari, rencana acara kami adalah snorkeling, kapal yang akan membawa kami ke tengah laut pun sudah tiba, tapi dua-duanya tidak menepi ke bibir pantai, kami diantarakan sedikit demi sedikit hingga menjadi banyak dengan sebuah speedboat. Setelah semua sudah berada di kapal, kapal melaju menuju spot snorkeling pertama di sebelah barat laut pulau Tunda. Tidak lama setelah kapal berhenti dan jangkar dilepas, kawan-kawan saya sudah langsung terjun bebas dari kapal menuju air laut yang asin. Saya yang awalnya tidak ingin mencoba snorkeling akhirnya teracuni juga untuk turun ke laut. Buat saya yang pertama kali main laut, pemandangan bawah laut disini sangat bagus, terumbu karang dan ikannya, juga airnya yang jernih sudah membuat saya puas. Selesai snorkeling di spot pertama, lanjut snorkeling kembali di spot kedua di sekitar utara pulau Tunda.








Selesai snorkeling di spot kedua yang tidak terlalu lama, kami langusng kembali ke homestay untuk mandi, makan, dan membereskan tenda dan alat-alat lainnya.

Pukul 12.00 kami sudah bersiap meninggalkan pulau Tunda, karena jika terlalu sore dikhawatirkan gelombang akan tinggi yang akan menyulitkan perjalanan pulang ke pelabuhan Karangantu.

Kapten kapal palsu


Berbeda dengan perjalanan menuju pulau Tunda yang menghabiskan waktu 2 jam, perjalanan pulangnya hanya menghasbiskan waktu 120 menit saja. Tiba di Karangantu sekitar pukul 14.00, kami kembali sewa angkot untuk mengantar kami ke terminal bis Pakupatan kota Serang untuk selanjutnya pulang ke rumah masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar