Rabu, 10 September 2014

Air September

Dihantam kami dari udara, dicerca jutaan peluru tetes air yang ditembakkan awan. Gerimis pada sebuah sore di September bersama Jakarta yang mungkin sedang ingin dingin. Dingin yang tak sejuk, tapi cukup untuk menghadirkan nyaman yang tak selalu ada pada Jakarta.

Perlahan tetes air berubah menjadi air terjun, air terjun kecil yang menderu meyibakkan rindu. Bersamanya diantarkan senja jingga yang mulai menyapa, kepada malam yang akan merangkulnya. Memperpanjang sejuk kepada kami.

Hujan di sore itu kini telah berubah menjadi malam yang lembab, yang karenanya menghadirkan bias-bias lampu warna-warni yang terbaca dikejauhan. Lampu-lampu yang sibuk mengarahkan kami, mengarahkan kami kepada terpejamnya mata yang menghapus lelah. Lelah kami yang terhapus, terbawa arus air September.

*) Ditulis ketika sedang tidak hujan di Jakarta, dan bulan Agustus pagi hari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar