Kamis, 18 Desember 2014

Ngimpi Jadi Pemain Tunas Cibisoro (A Tribute to @sesepakultur)


Jersey Tunas Cibisoro - twitter.com/sesepakultur

JALABRIASEPOR.COM, CIBISORO - Menjelang Jalabria Super League (JSL) musim 2015, Tunas Cibisoro kembali mendatangkan pemain baru guna mencapai target mempertahankan gelar juaranya. Kali ini adalah Teguh Krismanto, gelandang berusia 21 tahun yang juga merupakan alumni Tunas Cibisoro Junior yang didatangkan oleh manajemen dari klub Besiktas Tasikmalaya.

"Alhamdulillah, akhirnya saya bisa kembali ke Tunas Cibisoro setelah 3 tahun berkelana. Insya Allah saya akan memberikan kemampuan terbaik saya di klub ini." ujar Teguh ketika diwawancarai di kediamannya.

Sebelumnya, pemain yang digadang-gadang sebagai Andrea Pirlo-nya Indonesia ini santer dikabarkan akan bergabung dengan klub Galatasari, tapi pada akhirnya pemain yang musim lalu mengoleksi 18 assist dan 3 gol ini lebih memilih meneruskan karier sepakbolanya di Tunas Cibisoro.

"Ya, pihak manajemen dari Galatasari memang sangat intens membujuk saya untuk bermain disana, ada juga tawaran dari Palencia Ciawi, Yupentus Tulungagung Selatan dan Mensester Ternate, tapi saya lebih prioritaskan tawaran dari Tunas Cibisoro, siapa sih putra daerah asli Jawa Barat yang ga mau main untuk tim sebesar Tunas Cibisoro, apalagi musim depan kan Tunas Cibisoro main di level Asia." sambungnya.

Di lain tempat, manajer Tunas Cibisoro, Haji Dudung menjelaskan direkrutnya Teguh tidak lepas dari hengkangnya Tatang Tarantula ke klub rival, Putra Cangkring 4848, "Ya, kita rekrut dia untuk mengisi pos kosong di sektor gelandang, kebetulan Wa Entis (pelatih Tunas Cibisoro, red) juga menginginkan dia karena tipe permainannya sama dengan Tatang. Mudah-mudahan dia bisa menggantikan pos sentral itu dan memberi kontribusi assist kepada duet penyerang, Apud Dzumahpudin dan Asep Bandi. Mudah-mudahan juga dengan direkrutnya dia, Tunas Cibisoro bisa lebih berprestasi walaupun mengandalkan pemain lokal."

Seperti diketahui, Tunas Cibisoro menjuarai Jalabria Super League U-21 pada tahun 2010 tidak terlepas dari kontribusi 3 pemain ini, dimana Teguh sendiri menjadi penyumbang assist terbanyak dengan 12 assist dari 16 pertandingan.

"Insya Allah, nanti Senin (05/01) Teguh langsung tanda tangan kontrak bersama dua pemain baru lainnya, Asep Konidin dan Dadang Burhan." tutup Haji Dudung. (Ugah Tenung/JS)

Kamis, 25 September 2014

Pulau Tunda

Sabtu, 6 September 2014

Pagi-pagi sekali, saya sudah berangkat ke terminal kampung rambutan, sudah ada janji dengan beberapa kawan saya untuk berangkat bersama ke kota Serang. Ketika saya tiba di terminal bis Kampung Rambutan, sudah menunggu 6 orang, yaitu Bang Yansen, Alan yang sudah saya kenal sebelumnya, dan Mba Windhy (TS), Heru, Sri yang baru saya kenal, juga Thoriq, anak bungsu Bang Yansen. Setelah berkumpul dengan Mas Doni dan kedua temannya, yaitu Mba Muti dan Mas Korea? (Saya gak tahu nama aslinya). Kami berangkat ke terminal Pakupatan kota Serang untuk bertemu dengan rombongan perjalanan ke pulau Tunda di meeting point yang telah dijanjikan dengan kawan-kawan yang lain.

Rabu, 10 September 2014

Air September

Dihantam kami dari udara, dicerca jutaan peluru tetes air yang ditembakkan awan. Gerimis pada sebuah sore di September bersama Jakarta yang mungkin sedang ingin dingin. Dingin yang tak sejuk, tapi cukup untuk menghadirkan nyaman yang tak selalu ada pada Jakarta.

Perlahan tetes air berubah menjadi air terjun, air terjun kecil yang menderu meyibakkan rindu. Bersamanya diantarkan senja jingga yang mulai menyapa, kepada malam yang akan merangkulnya. Memperpanjang sejuk kepada kami.

Hujan di sore itu kini telah berubah menjadi malam yang lembab, yang karenanya menghadirkan bias-bias lampu warna-warni yang terbaca dikejauhan. Lampu-lampu yang sibuk mengarahkan kami, mengarahkan kami kepada terpejamnya mata yang menghapus lelah. Lelah kami yang terhapus, terbawa arus air September.

*) Ditulis ketika sedang tidak hujan di Jakarta, dan bulan Agustus pagi hari

Rabu, 03 September 2014

Sunday Snow


The dark is over
As the snow is coming down
Another story started
Another tale created


Hope is starts rising
As the snow clean the world
Another tears stopped
Another pain healed

It's that the snow
The Sunday snow of the winter
In the middle of the night
At the end of December

The harmony has come
As the snow is coloring the Earth
Into the white of peace
Into the white of peace

Sabtu, 30 Agustus 2014

Permata Terpendam Itu Bernama Argopuro (via Baderan-Bermi)


Selasa, 29 Juli 2014

Melangkah lebih jauh dan lebih jauh, menggapai eksotisme Rengganis

Berawal dari rasa penasaran akan keindahan gunung Argopuro dengan panjangnya jalur yang harus dilalui, sampai akhirnya tiba kesempatan untuk saya mengunjungi tempat persemayaman Dewi Rengganis. Gunung Argopuro belum sepopuler Semeru, gunung yang selalu menjadi dambaan para pendaki, tapi berdasarkan pengalaman seorang teman Argopuro lebih indah dari Semeru. Iya kah?

Perjalanan dimulai dari suasana Idul Fitri yang masih kental di rumah saya, rumah orang tua saya tepatnya. Pukul 10:00 saya meninggalkan rumah untuk kemudian pergi ke terminal bis Kota Sukabumi agar bisa naik bis jurusan Bandung untuk bisa meneruskan perjalanan ke stasiun Surabaya Gubeng melalui stasiun Bandung dengan menaiki KA Mutiara Selatan. Perjalanan Sukabumi-Bandung yang biasanya hanya ditempuh 2,5 s.d. 3 jam kini harus ditempuh sekitar 7 jam lebih, dikarenakan macet di daerah Cipatat, Cianjur dan Rajamandala, Kabupaten Bandung Barat. Jadwal KA yang berangkat pukul 16:00 sudah pasti tidak bisa saya kejar. Saya pun tiba di Bandung sekitar pukul 18:00. Setiba di terminal Leuwi Panjang, Bandung, saya mencari warnet untuk mencari penerbangan paling pagi keesokan harinya ke Surabaya. Alhamdulillah dapat tiket yang tidak terlalu mahal. Kemudian saya mencari homestay untuk mengistirahatkan badan yang sudah lelah. Saya mendapat homestay masih di sekitaran terminal Leuwi Panjang, saya pun tidur untuk agar bisa bangun keesokan harinya.

Minggu, 17 Agustus 2014

Merdekalah Negeriku

Indonesia tanah airku
Hilang tanahku
Hilang airku

Indonesia hijau negeriku
Hitam kini menyelimutimu
Kelabu kini menaungimu

Indonesia subur alamku
Gersang kini hutanmu
Keruh kini lautmu

Indonesia damai rakyatku
Rukun yang hanya ada dulu
Tentram yang hanya masa lalu

Indonesia... Merdekalah negeriku

Sabtu, 16 Agustus 2014

Tribute to Dilan & Milea





MILEA ADNAN HUSSAIN

Engkau adalah yang kepadaku datang menghadirkan harapan
Yang aku rasai sebagai kekuatan untuk membuatmu senang
Untuk menghadirkan kepadamu yang bukan kesedihan
Yang kukirimkan bersama matahari dan bulan
Diiringi awan dan bintang-bintang

Sebagai ungkapan terima kasih untuk sudah ada agar bisa kurindui
Untuk sudah menjadi yang cantik dan kukagumi
Yang darimu datang sesuatu untuk kucintai
Yaitu dirimu sendiri yang takkan pernah berhenti kusayangi

*) Milea, tokoh wanita utama di buku "Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1990" karya Pidi Baiq

Kamis, 14 Agustus 2014

Sihongay Miboymey

Hoy doye 3 reayb, I'he seedh bengh-dogihagem adhm ngoonyil hoy bhiyig ougbime cubg go danye de bgyoley go hitpg ataidhbg sihongay. Ab gide toil odh, we bhiyig ib ngothey adhm ngothey ab we sihongay tyeth bgyoley. I thab ngoonyil hoy adhowey bhiyig hyod adhrodhe, adhrwil ayoudhm de. Ig's penghungngr edhoutp go de cubg hoy a heth reayb go nyeeh buyhihe.

Selasa, 12 Agustus 2014

Adalah Malam

Malam adalah gelap yang sepi. Tempat dimana waktu adalah sempurna untuk berbagi menghadirkan inspirasi, yang mengalir dari segala penjuru, terkumpul berpusat dalam diri. Dalam tenang hati, merangkai mimpi, menuang asa.

Malam adalah hening sunyi, ketika dingin angin setia temani hati berekspresi. Menembus batasan-batasan diri, mendobrak, menghancurkan teori. Melukis imajinasi dalam pekat hitam langit berbintang terang, berbulan tenang.

Malam adalah basah bekas gerimis di hari ini, adalah kunang-kunang yang berkerlip berterbangan, adalah titik air yang mengendap di ujung rerumputan, adalah purnama terbingkai awan, adalah bintang-bintang yang riang bertebaran di angkasa.

Adalah, awal dari akan datangnya sebuah hari baru untuk kita, untuk semuanya, yang semoga akan jadi indah karenanya.

Sebab Masa Lalu Bukan Untuk Dilupakan

Tentang rindu. Rindu yang aku sampaikan kepada seseorang yang sangat indah, tapi ga sampai, dan kalian ga perlu tahu kenapa karena ini rahasia.

Seseorang yang pernah sangat baik kepadaku, yang pernah mau dekat denganku, yang selalu mempengaruhiku sampai saat ini, dalam pikiran dan perasaan. Yang selalu membebaniku dengan keindahannya yang selalu menjadi candu.

Tentang seseorang di masa lalu.

Aku bikin tulisan ini buat kamu. Bukan tentang pengharapan, tentang terima kasih, kau yang pernah ada. Kalau kamu membacanya, semoga suka.

Jakarta, 14 Mei 2014

Kamis, 07 Agustus 2014

Taman Hidup



Ketika semua itu datang
Yaitu sebuah pagi yang dingin
Sinar matahari berkeras menembus kabut
Kabut tebal yang menyentuh air permukaan
Air danau yang tenang
Yang memberi kesejukan bagi sekeliling
Yang terpendam
Hidup menjadi sebuah taman yang indah 

Selasa, 08 Juli 2014

Malam Menjelang 9 Juli 2014: Sama


SAMA

Lalu apa yang menjadikanmu seperti itu? 
Mencela yang lain demi kepentinganmu sendiri
Tidakkah kau ingat, bahwa yang lain adalah juga sama sepertimu
Sama manusia yang ada di bumi untuk saling melengkapi, saling berbagi

Membuat dunia menjadi lebih berwarna dengan kebersamaan
Senyatanya, bahwa untuk menjadi yang terbaik tak perlu ada saling menjelekan
Semoga kau tidak lupa, bahwa yang kau anggap berbeda adalah sama.
Sama manusia, sama Indonesia

Lalu apa yang menjadikanmu seperti itu?
Kenapa saling membenci menjadi terasa begitu mudah?
Akhir-akhir ini…. Di Indonesia.

Sabtu, 28 Juni 2014

Mendaki Gunung

Berbicara hobi, banyak orang-orang yang tidak mengerti dan heran dengan hobi saya yang satu ini. “Ko’ naik gunung?, naik gunung kan cape”, ”Naik gunung kan harus hujan-hujanan, panas-panasan”, “Naik gunung itu bahaya”, “Di gunung kan gak ada listrik”. Ungkapan-ungkapan seperti itu sering saya dengar baik dari kawan-kawan dekat atau orang-orang yang ngobrol dengan saya.

Naik gunung cape; memang, tapi bukan hanya cape, dibalik lelah perjalanan mendaki gunung, ada pelajaran yang  saya dapat, belajar tidak mudah menyerah, bahwa untuk mencapai sesuatu yang diharapkan perlu perjuangan yang sungguh-sungguh.

Naik gunung itu harus hujan-hujanan dan panas-panasan; untuk melihat pelangi harus ada hujan dan sinar matahari, kan? Dan saya hanya mencoba untuk merasakan “pelangi itu dari dekat”.

Jumat, 20 Juni 2014

Tentang Kenangan

Sesungguhnya adalah dia orangnya, sesosok wanita yang selalu kurasakan rindu kepadanya, yang bersamaan dengan datangnya rindu itu akan membuatku kecewa, jika aku ingin, tapi tidak.

Yang di masa lalu darinya hadir tatap mata yang indah, dan masih sampai saat ini. Senyumnya, juga melukiskan keindahan, sebab memang keindahan adalah semua yang ada di dirinya. Wanita yang cantik, dan manis karena iya, tak perlu ada keraguan untuk mengakui semua itu darinya.

Wanita yang tidak memberi penyesalan kepadaku bahwa sudah pernah mencintainya, yang kepadanya dari mulutku tak pernah terucap "Aku mencintaimu".

Tapi bagaimanapun, selain cantik dan manis, dia hebat. Tanpa kuberitahu, dia bisa mengetahui perasaanku kepadanya, perasaan yang akan sama untuk waktu yang selama-lamanya, bukan cinta, tapi kasih sayang, sebab rasa cinta mungkin bisa hilang dengan berjalannya waktu, tapi rasa sayang tidak bisa hilang sampai kapanpun, karena rasa sayang itu cakupannya luas. Dan aku tak ingin kehilangan rasa kepadamu.

Aku menyayangimu.

Rabu, 04 Juni 2014

Sapu-Sapu Rinjani (via Sembalun-Senaru)



Rinjani adalah nama sebuah gunung, sehingga orang-orang menyebutnya Gunung Rinjani, tapi itu buat mereka, buatku Rinjani juga memang gunung, gunung yang terletak di planet Bumi. Gunung yang berketinggian 5000 meter jika dihitung dari 1274 meter dibawah permukaan laut. Gunung yang sangat indah dan bagus tapi keren juga cape untuk mendakinya. Gunung yang pantas untuk kurindui di masa yang akan datang.

Jumat, 23 Mei 2014
Perjalanan dimulai dari stasiun Pasar Senen, Jakarta, tapi saya berangkat di hari Jumat, bukan Senin, ga apa-apa. Saya berangkat bersama beberapa kawan saya untuk menuju Yogyakarta via KA Progo yang dijadwalkan berangkat pukul 22.00. Tim kereta terduduk dari 7 orang (karena kami di kereta duduk, ga berdiri) yaitu saya, Mas Angga, Mas Doni, Bang Joseph,Bang Yansen, Alan dan Mas Joshua. Naik kereta itu enak, kita ga perlu bayar, karena sudah beli tiket sebelumnya. Setelah kereta datang, kami naik, dan kereta berjalan. Perjalanan malam di kereta dihabiskan untuk istirahat dengan cara tidur yang dimana sebelumnya harus merem dulu agar bisa.

Sabtu, 24 Mei 2014
Sekitar pukul 07.00  kereta tiba di Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta. Kami turun, cari makan di sekitar stasiun dan masuk kembali ke stasiun agar untuk bisa bersih-bersih dan menunggu keberangkatan KA Logawa yang akan membawa kami ke stasiun Surabaya Gubeng. Kereta tiba sekira pukul 09.00  dan kami langsung naik kereta untuk lagi-lagi tidak membayar karena juga sudah membeli tiket sebelumnya. Sepanjang perjalanan dihabiskan untuk istirahat dan bermain gapleh untuk hiburan. Pukul 15.00  KA Logawa tiba di stasiun Surabaya Gubeng, kami turun, keluar stasiun dan mencari taksi untuk mengantarkan kami ke Bandara Juanda. Kami dapat dua taksi, satu taksi berisi 3 orang dan satu lagi 4 orang. Perjalanan ke Bandara Juanda tidak terlalu lama, sekitar pukul 16.30 kami sudah tiba di Bandara Juanda, bayar taksi dan langsung masuk bandara. Melewati security check, kesialan menimpa, total 9 tabung gas hi-cook disita karena tidak bisa masuk pesawat, lalu kemudian check in ke counter Wings Air dan perjalanan kami yang semula seharusnya pukul 18.20 delay menjadi 18.50, ga apa-apa, Indonesiawi. Pukul 18.50 kita naik pesawat dan tiba di Lombok pukul 21.00 (waktu Lombok lebih cepat dari waktu Jakarta,nyuri start dia), ketemu sama temen-temen yang lain yang sudah tiba duluan di Lombok, ada Irfan, Fajar, Mba Santi, Nunu, Mba Mida dan Mba Bevy, tinggal tunggu 3 orang lagi berarti, Mas Tuken sebagai salah satu porter juga sudah ada di bandara. Pukul 22.00 Mas Gorga dan Mas Qholis datang, tinggal tunggu satu orang lagi, Om Fanto, yang sebelumnya mengabarakan pesawatnya delay di Denpasar. Sambil menunggu Om Fanto datang, tim yang sudah tiba menyusun keril ke atas 3 mobil carteran yang sudah stay di parkiran bandara. Pukul 23.00 Om Fanto tiba, lengkap sudah 16 orang peserta pendakian kali ini. Lalu perjalanan ke Pos Pendakian Sembalun dimulai, mampir di Alfamart depan bandara untuk memenuhi kebutuhan logistik yang dikira masih kurang.




Minggu, 25 Mei 2014
Minggu dini hari tiba di Pos Pendakian Sembalun, kami istirahat di halaman belakang pos pendakian, tidur beratapkan langit penuh bintang :D sambil menunggu pagi. Pukul 07.00 sarapan dan repacking serta mengurus simaksi pendakian, harga tiket simaksi di TNGR ini tergolong murah, yaitu Rp. 5.000 per hari per orang. Briefing sebentar disertai dengan doa dan diputuskan teknis pendakian kali ini adalah bebas, yang merasa ingin cepat, bisa duluan. Setelah selesai semua itu kami memutuskan untuk naik mobil pickup untuk mengirit waktu sekitar satu jam jika harus berjalan kaki. Pukul 09.00 turun dari pickup dilanjutkan berjalan kaki, jalur awal tidak terlalu berat medannya berupa padang savana dengan cuaca yang cukup terik tapi panas, saya sampai pos 1 pada pukul 11.00 bertemu dengan Irfan yang sudah sampai duluan, istirahat tidak terlalu lama langsung lanjut ke pos 2, medannya masih sama berupa savanna dengan jalur yang cukup landai, tiba di pos 2 hampir pukul 01.00, sudah ada Mas Angga, Mas Gorga, Bang Jo, Mba Mida dan Mba Bevy serta dua porter kami yaitu Mas Aldo dan Mas Dana, istirahat sekitar 20 menit di pos ini lalu lanjut kembali berjalan sampai pos 2 ekstra, disini saya istirahat cukup lama, sampai ketiduran, setelah bangun lanjut kembali perjalanan sampai pos 3, dan tiba di pos 3 pukul 14.00. Teman-teman yang sudah sampai duluan sudah mendirikan tenda. Sambil menunggu anggota yang lain tiba, kami masak-masak untuk mengisi perut. Menjelang maghrib semua peserta sudah tiba di pos 3, malam hari sebelum semua masuk tenda diisi dengan acara main gapleh dan eksperimen masak-masak, dan kami menemukan menu baru, benar satunya yaitu energen campur bawang putih, tapi saya ga tau rasanya, karena ga menyicipi, juga kami saling berkenalan lebih jauh untuk mengetahui latar belakang masing-masing. Pukul 22.00 semua masuk tenda untuk isitirahat dengan cara tidur.
 Pintu pendakian Sembalun


Padang Savana dengan latar Gunung Rinjani

Senin, 26 Mei 2014
Pagi hari di pos 3 diawali dengan bangun yang masih ngantuk lalu kemudian masak-masak untuk sarapan dan repacking. Pukul 09.00 mulai trekking, target menuju Plawangan Sembalun. Jalurnya menanjak dengan bonus yang hanya sedikit ditambah harus melewati bukit penyesalan, sangat luar biasa. Pukul 13.00 tiba di Plawangan Sembalun, mendirikan tenda dan menikmati pemandangan danau Segara Anak dari atas. Sore hari mengambil air ke mata air yang harus ngantri untuk persiapan summit dan makan malam. Beberapa saat setelah gelap, kami menyambungkan untuk tidur, agar ada tenaga untuk summit.
 Pagi hari di pos 3

Bukit penyesalan

Danau Segara anak, dilihat dari Plawangan Sembalun

Camp site Plawangan Sembalun

Senja di Plawangan Sembalun

Selasa, 27 Mei 2014
Pukul 00.00 semua sudah bangun, trekking ke puncak Rinjani 3726 dimulai, jalur menanjak dengan medan pasir dan kerikil membuat langkah menjadi semakin berat. Angin yang sangat kencang juga membuat tubuh menjadi sangat dingin, tapi Alhamdulillah, pukul 06.00 saya tiba di Puncak Rinjani 3726 mdpl. Berfoto-foto untuk mengabadikan momen di ketinggian, tidak terlalu lama, sekitar pukul 07.00 kembali turun ke Plawangan Sembalun dan tiba di Plawangan Sembalun pukul 09.00. Memulihkan tenaga dengan makan dan tidur sejenak, saya kira sudah cukup, tapi pas bangun masih ngantuk

Saya di 3726 mdpl


Pukul 12.00 perjalanan dilanjutkan dengan target danau segara anak. Jalur menuju danau ini berupa turunan yang curam dengan medan batu-batu yang membuat kaki sakit. Sekitar pukul 15.30 tiba di Danau Segara Anak, mendirikan tenda dan tidur (lagi) sejenak, lalu mengambil air, mengambil air tidak di danau karena katanya airnya berasa asam, jadi harus ke sumber mata air, berjalan sekitar 15 menit dari camping ground, mengambil air disini harus antri, sehingga kami baru selesai ketika hari mulai gelap, sebelum kembali ke camping ground, mampir di hot spring, berendam untuk memulihkan pegal-pegal, sekitar 20 menit di hot spring, kembali ke camping ground, makan dan tidur.

Menuju Segara Anak



Rabu, 28 Mei 2014




Pagi di Danau Segara Anak, sarapan dan repacking serta foto-foto sebelum kembali ke realita. Pukul 10.00 trekking ke arah Plawangan Senaru, sampai Plawangan Senaru jalur menanjak terus dengan medan batu-batuan dan dengan pemandangan yang sangat indah. Tiba di Plawangan Senaru sekitar pukul 13.00, istirahat sejenak lalu turun ke pos 3, dari Plawangan Senaru ke pos 3 medannya berupa pasir sehingga agak susah turun oleh karena sebab licin. Pukul 14.30 tiba di pos 3, istirahat sejenak, saya mengambil air di mata air yang ada di pos 3 tapi tidak jadi karena airnya kering, sementara persediaan air saya sudah habis, jadi langsung lanjut ke pos 2 karena di pos 2 juga ada air. Dari pos 3 ke pos 2 jalur sudah lumayan enak, berupa tanah tapi mulai memasuki hutan. Pukul 16.00 tiba di pos 2, dan lagi-lagi saya tidak menemukan air, karena air yang ada di mata air pos 2 agak keruh, langsung lanjut ke pos 1, medannya masih berupa hutan lebat. Tiba di pos 1 pukul 17.00. Lanjut ke pintu Senaru yang masih berjarak 1 km. Tiba di pintu senaru pukul 17.30 dan disini ada warung, akhirnya saya puaskan dengan minum 2 botol pocari sweat untuk menghilangkan haus dari kehabisan air semenjak di pos 3. Kemudian lanjut ke RTC(Rinjani Trekking Center) Senaru, di tengah perjalanan dari pintu Senaru ke RTC ada warga yang menawarkan untuk naik ojek, tidak berpikir lama atau bahkan mungkin ga mikir sama sekali, saya langsung naik karena badan yang sudah sangat capek. Tepat pukul 18.00 saya tiba di RTC Senaru, tim pendakian yang sudah tiba lebih dulu dari saya adalah Mas Angga, Mba Mida dan para porter. Tiba di RTC Senaru saya sedikit heran, karena mobil carteran yang kami sewa untuk besok pagi sudah datang, tapi ga saya hiraukan, saya putuskan untuk ke homestay terlebih dahulu, untuk mandi dan istirahat sambil menunggu kawan-kawan yang lain tiba. Pukul 19.30 saya dan mas Angga kembali ke RTC untuk menjemput kawan-kawan yang lain. Pada pukul 20.30 Fajar dan Irfan tiba, kami antarkan mereka ke homestay. Pukul 23.30 semua tim sudah turun dengan selamat tapi kasihan, pada cape, saya juga. Kemudian sopir mobil carteran ngabarin bahwa mereka ingin berangkat malam itu juga, tapi mengingat kondisi tim yang baru turun, diputuskanlah untuk cancel mobil carteran itu. Setelah itu makan, dan tidur.



Kamis, 29 Mei 2014
Bangun, masih ngantuk, tapi saya ga tidur lagi, hanya merem, untuk kemudian lalu mencari makan dan souvenir TNGR sekalian untuk mencari mobil yang mau mengantarkan kami ke Mataram. Di sekitar RTC kami mendapatkan mobil dengan kapasitas yang muat banyak orang dengan harga yang lumayan murah, disepakati-lah pukul 11.00 kita semua harus udah berangkat. Sambil menunggu itu, kami sarapan di warung dekat RTC yang juga jual t-shirt TNGR. Setelah itu kembali ke homestay, mandi dan repacking, tepat pukul 11.00 mobil sudah ada di halaman homestay, susun keril, naik ke mobil, berangkat ke Mataram untuk mampir dulu ke Pantai Senggigi.



Pukul 14.30 tiba di pantai Senggigi, disini kami tidak terlalu lama, hanya makan dan foto-foto di pantai dan beli t-shirt yang ternyata harganya jauh lebih murah daripada di RTC. Pukul 15.30 naik ke mobil lagi untuk menuju bandara.Pukul 16.30 tiba di bandara untuk perpisahan dengan teman-teman yang masih stay di Lombok, mereka masih mau ke Gili.  Saya dan teman-teman yang langsung pulang ke Jakarta nongkrong dulu di parkiran bandara, karena disini ada yang jualan, aneh. Pukul 17.30 saya masuk ke bandara untuk check in, sendiri, karena teman-teman yang lain jadwal terbangnya adalah pukul 20.30 sedangkan saya pukul 18.50. Tepat pukul 18.50 pesawat lepas landas dari bandara untuk terbang menuju Jakarta dengan ada saya di dalamnya yang sedang tidur.

Minggu, 01 Juni 2014

Rinjaniku

Sebuah senja di Plawangan Sembalun
 
Tentang terik matahari di siangmu
Tentang dingin kabut di malammu
Tentang fajar di puncakmu
Tentang senja di punggungmu

Yang ketika itu menyapaku
Yang memberi kenyamanan di hatiku
Yang membekas di pikiranku
Yang pantas untuk selalu kurindu

Rinjaniku...